Berdasarkan laporan Indonesia Property Market Index Q3 yang dirilis oleh Rumah.com, harga properti pada kuartal kedua tahun 2022 ini mengalami kenaikan secara nasional sebanyak 3,2% (hitungan per kuartal), dan 5,7% (hitungan per tahun). Tren peningkatan harga ini terjadi akibat imbas kenaikan harga rumah tapak sebanyak 3,9% pada kuartal kedua tahun 2022 ini.
Kenapa harga properti selalu naik? Ini adalah pertanyaan yang kerap muncul di benak banyak orang, terutama mereka yang sedang berencana memiliki rumah untuk investasi. Untuk mencari tahu alasannya, simak pembahasan lengkapnya berikut ini!
Seperti yang kita tahu, jumlah atau luas lahan yang tersedia di dunia selalu tetap. Sementara itu, berbagai belahan dunia, pembangunan terus berlangsung. Lahan-lahan kosong atau bahkan tanah yang tadinya adalah hutan, mulai beralih fungsi menjadi tempat berdirinya bangunan-bangunan.
Ketidakseimbangan antara jumlah lahan yang ada dengan kebutuhan lahan untuk mendirikan bangunan secara langsung menyebabkan kelangkaan. Kelangkaan inilah yang kemudian mendongkrak naik harga properti.
Alasan berikutnya kenapa harga properti selalu naik berkaitan dengan jumlah penduduk. Berdasarkan data dari Bank Dunia, penduduk dunia bertambah sebanyak 832 juta jiwa selama satu dekade terakhir. Sementara menurut proyeksi PBB, pada tanggal 15 November 2022 ini, populasi dunia mencapai 8 miliar jiwa. Di Indonesia, kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya mencapai 1,0%. Lalu, apa artinya statistik ini? Apa hubungannya dengan harga properti yang selalu naik?
Perlu diketahui bahwa ketika jumlah penduduk dalam satu negara bertambah, kebutuhan akan hunian juga semakin tinggi. Karena ketersediaan tidak bertambah sementara permintaan semakin tinggi, maka terjadilah kelangkaan yang menyebabkan harga properti terutama rumah mengalami kenaikan.
Pembangunan yang semakin giat dilakukan tidak terbatas pada perumahan saja. Dengan kebutuhan manusia yang semakin beragam, ada banyak infrastruktur yang perlu dibangun. Misalnya saja jalan tol, pusat kesehatan dengan fasilitas yang lebih baik atau sekolah-sekolah baru yang lebih berkualitas.
Perkembangan infrastruktur juga terjadi pada skala perumahan. Misalnya saja, ada sebuah cluster di daerah A yang nilai 1 unit rumahnya adalah Rp200 juta. Tapi karena di dalam komplek cluster dilengkapi dengan berbagai fasilitas tambahan seperti taman, pusat kebugaran, kolam renang dan lain sebagainya, maka harga unit juga mengalami kenaikan. Nilai kenaikannya bisa sampai 2 kali lipat.
Inflasi merupakan istilah yang belakangan semakin familiar di telinga masyarakat Indonesia. Inflasi sendiri bisa didefinisikan sebagai kenaikan harga baik barang maupun jasa secara umum secara terus-menerus dalam durasi waktu tertentu.
Di Indonesia, tingkat inflasi dari bulan Januari sampai September 2020 adalah 4,84%. Sementara YoY (dari September 2021 ke September 2022) nilainya adalah 5,94%. Meski menurut Badan Pusat Statistik, angka ini masih tergolong aman, namun ini tetap mempengaruhi harga barang-barang yang dijual di pasaran, termasuk bahan-bahan bangunan.
Selain kenaikan harga bahan-bahan bangunan, kehadiran berbagai jenis material dengan teknologi tinggi yang efisien juga turut berpengaruh pada kenaikan harga properti. Pasalnya untuk bisa mengakses bahan serta alat dengan teknologi tinggi itu para pemborong harus membayar harga yang lebih mahal.
Baca juga: Apakah Inflasi Mempengaruhi Harga Properti? Begini Faktanya!
Hal lain yang juga bisa mempengaruhi harga properti di pasaran adalah kebijakan negara. Berbagai aturan baru yang dikeluarkan pemerintah bisa saja mempersulit para developer properti untuk melakukan pembangunan. Misalnya saja adanya aturan mengenai pembatasan untuk membuka lahan baru atau diterbitkannya aturan baru mengenai luas kawasan hijau yang harus disediakan oleh pengembang.
Berbagai aturan ini membuat para developer harus mengerahkan sumber daya lebih untuk membangun properti. Pada akhirnya, ini juga bisa memicu kenaikan harga properti yang mereka jual.
Di Indonesia, kenaikan suku bunga adalah salah satu indikator perekonomian yang menjadi perhatian bagi para pelaku pasar dan industri. Dalam sektor perumahan dan properti misalnya suku bunga secara langsung mengambil andil terhadap kinerja penjualan. Jika suku bunga rendah, tentu akan semakin banyak orang yang mempertimbangkan untuk membeli properti. Sebaliknya, ketika suku bunga sedang tinggi, masyarakat cenderung tidak mau membeli.
Kebijakan suku bunga rendah secara langsung akan berpengaruh pada bunga KPR (Kredit Pemilikan Rumah) yang diberikan oleh bank kepada nasabah/konsumen. Langkah semacam ini dianggap cukup baik untuk menjaga demand di sektor properti.
Baca juga: Cara Jitu Muluskan Kerjasama Developer dengan Bank
Setelah membaca penjelasan di atas, Anda tentu sudah memahami kenapa harga properti selalu naik, bukan? Selanjutnya, Anda bisa menentukan langkah seperti apa yang perlu dilakukan terkait kenaikan harga ini. Salah satunya adalah dengan mulai belajar berinvestasi properti. Jadi, apa rencana Anda?